Rabu, 31 Oktober 2012

Indomaret sebuah Fenomena


                       Mengapa ledakan M. Syarif terjadi di Cirebon kemarin? Kejadian ini menghantui saya untuk memikirkan terus-menerus, atas dasar apa hal itu harus terjadi. Sebuah media buletin jum’at memberi tahu saya bahwa karena hal yang kompleks melatarbelakangi anomali sosial ini. Walaupun banyak hal yang sudah diperbincangkan tentang latar belakang kasus ini, antara lain bahwa pelaku bom bunuh diri ini menyimpan dendam pribadi, atas nama jihad fi sabilillah, M.Syarif putus asa karena telah membunuh anggota TNI, karena terlibat kasus pengrusakan Indomaret, dan sebagainya. Hal yang paling menarik bagi saya adalah hipotesis sebab yang terakhir.
            Indomaret sebagai salah satu waralaba tersukses di Indonesia, menurut saya sendiri, merupakan hal yang baru dan belum tersentuh kritik. Karena indomaret sangat populer dan dalam waktu hitungan bulan perkembangannya sangat pesat, entah dari mana asalnya tiba-tiba saja semua orang teringat indomaret ketika harus membeli barang kebutuhan sehari-hari dari minyak goreng, pulsa HP, pun sampai terasi. Harga sangat bersaing, untuk pesaing sekelas Giant atau Carefour, dan bahkan kadang lebih murah daripada pasar tradisional. Pelayanan sangat ramah, bersih, ruangannya dingin, semua pelayannya senyum, barang yang dijual mutunya bagus, dan standar semua indomaret nasional sama. Semua itu membuat orang sulit melupakan, dan akan selalu berpikir kembali lagi untuk berbelanja di kota manapun dia berada.
            Dibalik semua kebaikan dan keunggulan indomaret di jaman persaingan bisnis yang semakin ketat ini. Dari perspektif konsumen, saya harus berterimakasih kepada indomaret yang telah sangat memudahkan dan memuaskan, sehingga memacu pedagang lain berlomba-lomba agar lebih baik. Walaupun dari perspektif pedagang bermodal kecil dan dengan daya dukung sumber daya manusia yang kurang, hal ini dianggap tidak adil serta merupakan contoh sistim liberalisasi ekonomi yang kurang memberdayakan. Sudah pernah diberitakan sekumpulan pedagang tradisional yang berdemo dan protes akan didirikannya indomaret dekat dengan lapaknya di daerah.
            Nah… kembali kepada bomber bunuh diri M. Syarif yang konon katanya pernah diperkarakan karena merusak indomaret, atau alfamaret saya lupa. Gara-garanya toko waralaba itu menjual minuman keras, sehingga menjadikan M. Syarif mengamuk. Saya tidak menyetujui maupun mendukung tindakan M. Syarif, namun mari kita lihat perspektif dia. Dosa apa yang membuat indomaret sangat dia benci? Walaupun pertanyaan ini hanya mungkin dijawab oleh Tuhan dan dia sendiri, namun kita coba kira-kira dan renungkan.
            Saya akan cerita pengalaman saya dulu yang sulit hilang dari ingatan. Suatu pagi sekitar pukul sembilan, saya belanja ke indomaret Jl. A. Yani Banyuwangi. Sewaktu akan membayar belanjaan, didepan saya seorang pelajar SMA sedang membayar belanjaannya. Dan saya terkejut ketika tahu bahwa yang dibeli adalah minuman keras, mungkin mereknya vodka, botolnya bening isinya berwarna hijau terang. Astagfirulloh, batin saya marah lalu saya lihat dia baik-baik dari wajah ke ujung kaki. Mukanya kusut-lusuh sekusut dan selusuh baju seragam putih-biru mudanya, matanya sayu seolah tidak ada cita-cita, tas slempangnya entah berisi atau tidak ada apa-apa karena sangat tipis dan lusuh, sepatunya, sepeda motornya saya amati satu-persatu. Naudzubillah mudah-mudahan anak turunan saya tidak ada yang seperti itu. Saya kemudian jadi memikirkan perasaan orang-tuanya yang mencukupi kebutuhannya sehari-hari, jika hari itu tahu anaknya bolos pada jam belajar dan membeli minuman keras.
Minuman yang dibeli harganya mungkin belasan atau puluhan ribu rupiah saja, sehingga sangat terjangkau. Dan belinya tidak perlu diseleksi, karena yang penting bagi penjual adalah barang dagangannya segera laku dijual dan perputarannya cepat. Sehingga display minuman keras di indomaret juga ditaruh rak depan dengan warna yang bermacam-macam,  menarik hati. Sepertinya juga begitu di indomaret-indomaret yang lainnya, seharusnya ini tidak boleh terjadi.
Indomaret kini menjadi ikon belanja mudah dan murah di mana saja hingga penjuru daerah. Tua dan muda mengenalnya, bahkan anak-anak akan diam ketika rewel kemudian syaratnya dijanjikan belanja di indomaret. Akan berbahaya sekali ketika belanja mudah dan murah ini juga berlaku untuk minuman keras. Saya sebagai muslim dan dokter sangat tidak setuju hal ini dibiarkan, tentu bukan hanya saya saja, banyak masyarakat lain dan juga mungkin sebagian pendapat ini diamini oleh M. Syarif. Undang-undangnya entah sudah mengatur atau belum, yang jelas kenyataan yang terjadi seperti itu. Sudah saatnya perdagangan minuman keras di indomaret diatur dengan tegas,  sebelum ketidaksetujuan berubah menjadi kebencian.

(Sebelumnya saya minta maaf kepada semua pihak yang mungkin tersinggung. Sekali lagi bukan saya mendukung sikap anarki, bahkan itu juga sikap berlebihan dalam agama yang harus diluruskan. Hanya saja ini saya tulis untuk bahan renungan kita semua)

Kisah yang paling indah di Al-Qur'an


Menulis lagi setengah ahli tafsir: apabila kita perhatikan kisah Yusuf ini dengan seksama, yakinlah kita bahwasanya seorang yang bertakwa lagi memegang amanat, bisa dipercaya tidaklah akan disia-siakan usahanya oleh Alloh. Sepahit – pahitnya yang dideritanya bermula akhirnya akan mengakibatkan yang baik juga, dan dia akan mendapat kedudukan yang tetap utama di dunia dan apatah lagi di akhirat. Dan barangsiapa yang berpegang teguh dengan kesabaran, tak usahlah takut akan kejadian yang mengombang – ambingkan hidup ini dan pengalaman – pengalaman yang dihadapi. Tak usah gentar menempuh riak dan gelombangnya, sebab Tuhan Alloh akan selalu menyokongnya dan memenangkan usahanya, dan nama serta jejaknya yang harum itu akan senantiasa meninggalkan bau wangi dalam pergelaran masa dan waktu.