Apa yang Harus Diingat pada Pertolongan Kecelakaan di Jalan Raya
dr. Hidayanto Perdana
Dokter Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Fatimah
Banyuwangi
Hampir
setiap hari kita mendengar, melihat di media cetak maupun elektronik atau
menjumpai sendiri terjadi kecelakaan di jalan raya. Angka kejadian kecelakaan
jalan raya di Banyuwangi di seluruh Indonesia semakin tinggi. Banyak teori
maupun pendapat menjelaskan mengapa angka kecelakaan di darat semakin tinggi. Diantara
teori – teori tersebut adalah akibat dari pelanggaran ringan sampai pelanggaran
berat aturan lalu lintas, peningkatan jumlah kendaraan pribadi, angkutan umum
bus yang semakin ditinggalkan, kualitas dan kapasitas jalan raya yang tidak
mengimbangi jumlah angkutan darat, pengemudi yang ugal-ugalan dan tidak bersikap
dewasa, bahkan akhir-akhir ini ditemukan pengemudi yang tidak hanya mengantuk namun
malahan sedang mabuk akibat miras atau narkoba saat mengemudi. Kenyataan –
kenyataan ini membuat kita merasa miris dan semakin harus berhati – hati ketika
mengemudi di jalan raya.
Tanggung
jawab siapakah hal ini? Saya rasa sulit menemukan ujung pangkal penanggung
jawab meningkatnya angka kecelakaan ini. Yang jelas angka kecelakaan dan
kefatalannya harus segera diturunkan, dan masalah ini harus menjadi tanggung
jawab kita bersama apapun profesi dan kemampuan kita. Ketika “harus” terjadi
kecelakaan, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan angka korban yang cacat dan
meninggal. Karena seringkali ketika terjadi kecelakaan di jalan raya, akibat
penanganannya tidak baik, seharusnya korban yang sebenarnya bisa sembuh
ternyata harus cacat atau meninggal dunia. Berikutnya beberapa akan saya
ceritakan dalam tulisan ini pengalaman saya sebagai dokter di Unit Gawat
Darurat (UGD).
Pernah
suatu hari seorang pasien mengalami kecelakaan sepeda motor pada pagi hari,
selama kejadian dia sadar, tidak mengalami luka yang berarti. Kemudian dia menghubungi
saudaranya agar dijemput. Setelah sampai
di rumah nyeri perut dia rasakan semakin hebat, dan muntah - muntah. Karena tidak
kuat menahan nyerinya lagi, sore harinya dia pergi ke rumah sakit kami dan
diperiksa dokter spesialis bedah. Akhirnya diputuskan dilakukan operasi
pembedahan perut oleh dokter spesialis bedah, walaupun tampak luar di perutnya
tidak ada. Akhirnya ketika operasi sudah dilakukan, didapatkan usus sepanjang 30
cm menghitam karena aliran darah terputus akibat benturan. Andaikan dia datang terlambat,
mungkin nyawanya tidak selamat. Pelajaran dari cerita ini, jangan pernah
menyepelekan suatu kecelakaan.
Ada
hal – hal prinsip yang harus diingat untuk semua orang yang menghadapi kasus
kecelakaan di jalan raya. Sebaiknya semua orang harus tahu, bahkan anak usia SD
sebaiknya juga tahu, karena kecelakaan bisa terjadi setiap saat, menimpa
siapapun dan dimana saja. Di negara yang sumber daya manusianya sudah maju, orang
yang terlatih menangani korban kecelakaan tidak hanya tenaga medis, namun orang
awan juga harus bisa. Paling mudah untuk anak SD adalah dia bisa menggunakan
telepon, dan menghubungi nomor gawat darurat. Sekarang ini dengan semakin
canggihnya tehnologi telekomunikasi, dan handphone hampir semua orang punya,
bisa lebih memudahkan. Prinsip – prinsip tersebut diajarkan dalam pelatihan PPGD
(Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat), namun coba saya sarikan dalam hal –
hal yang saya sebutkan berikut ini.
1.
Cari bantuan tenaga medis
profesional segera
Jangan takut untuk menolong korban kecelakaan,
juga jangan terlalu percaya diri. Walaupun korban kecelakaan tunggal atau
banyak, anda sendirian atau beramai - ramai jangan lupa untuk mencari bantuan
medis. Ketika anda sendirian jangan bingung dan panik, atau malah meninggalkan
korban. Ketika beramai –ramai juga biasanya malah terjadi salah paham, saling
berebut memberi solusi, tapi akibatnya malahan pasien bisa terlantar. Pertama
yang harus terpikirkan adalah menghubungi rumah sakit atau provider kesehatan
terdekat. Jangan melupakan nomer penting ambulans, kalau anda lupa atau tidak
tahu paling tidak anda bisa menghubungi 108 untuk menanyakan nomer telpon
penting. Kalau di Amerika anak kecil pun diajari ketika ada yang celaka, dia harus
bisa menelpon 911.
Pernah suatu saat seseorang mengantar temannya
yang habis terjatuh dengannya periksa ke UGD, namun dokter spesialis bedah
justru menyarankan si pengantar ini yang di CT-Scan karena melihat tanda yang
tidak bisa dilihat oleh orang awam. Padahal
si pengantar ini bisa berjalan ketika di UGD dan tidak bermaksud
periksa, ternyata justru dia yang mengalami perdarahan otak. Jangan sepelekan
kecelakaan yang korbannya mengalami benturan di kepala, apalagi sempat tidak
sadar. Karena penampilan orang yang mengalami perdarahan otak bisa menipu, dia
bisa saja sadar dan berjalan saat masuk UGD, namun kemudian tiba – tiba tidak
sadar, muntah dan kejang.
2.
Prioritaskan korban yang harus
dibawa segera ke UGD
Tidak semua korban kecelakaan sifatnya gawat
darurat, ada pula yang tidak gawat darurat. Secara medis definisi gawat berarti
harus segera ditolong dan diobati namun apabila tidak segera tidak akan
mengakibatkan kematian, darurat berarti jika tidak ditolong segera dapat mengakibatkan
kematian. Seseorang yang luka terkena pisau dapur di jarinya dimasukkan dalam
golongan gawat tapi tidak darurat, apabila tidak segera ditolong mungkin hanya
akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Lain halnya dengan terkena pisau di
pembuluh darah arteri di pergelangan tangan, dimasukkan dalam kasus yang gawat
darurat karena jika tidak segera ditolong akan mengakibatkan kehabisan darah, kemudian
pingsan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Korban kecelakaan apabila bukan hanya seorang
harus bisa dipisahkan mana yang harus segera sampai rumah sakit, bisa ditunda atau
yang cukup ditangani di puskesmas saja. Prioritas gawat darurat yang bisa
dikenali apabila pasien tidak sadar dan ada gangguan pada ABC. Kepanjangan dari
ABC adalah, A (airway) artinya saluran pernafasan, B (breathing) artinya nafas,
C (circulation) artinya sirkulasi darah. Tiga hal ini apabila terganggu
mengakibatkan pasien yang tidak sadar tersebut bernafas lebih cepat atau lebih
lambat dari orang dewasa normal, dan nadi yang bisa diraba di leher berdenyut
lebih cepat atau lebih lambat.
Kegawat - daruratan yang paling berbahaya jika ada
gangguan saluran pernafasan, karena gangguan di saluran nafas dapat
mengakibatkan penurunan dengan cepat oksigen di otak. Misalkan orang yang
tersedak dan tidak tertolong, mengakibatkan otak akan kekurangan oksigen kemudian
mengakibatkan gangguan kesadaran dan kematian dalam hitungan detik hingga menit.
Berikutnya kegawat – daruratan yang berbahaya
adalah gangguan sirkulasi darah. Misalkan patah tulang di paha yang
mengakibatkan terputusnya pembuluh darah besar. Apabila tidak segera dapat
dihentikan perdarahan itu dalam hitungan menit sampai jam, akan terjadi
gangguan pasokan oksigen dan gula ke otak, mengakibatkan turunnya kesadaran dan akhirnya
kematian.
Dalam musibah kecelakaan massal ada cara mudah
untuk memisahkan korban yang harus segera dikirim ke rumah sakit dan yang masih
bisa menunggu. Caranya dengan memanggil korban dan mencubitnya, apabila dia
masih menyahut dan mengeluh sakit berarti masih bisa menunggu.
Korban kecelakaan yang sadar, masih bisa
berteriak kesakitan dan menunjukkan letak sakitnya, justru tidak perlu terlalu terlalu dikhawatirkan
dibandingkan yang tidak sadar dan ABC-nya terganggu. Apabila fasilitas atau
kendaraan untuk membawa ke UGD kurang untuk membawa semuanya secara bersamaan,
korban yang sadar dan masih bisa mengeluh kesakitan bisa dinomorduakan. Korban
yang tidak sadar apalagi nafasnya cepat, harus dinomorsatukan untuk sampai ke
fasilitas kesehatan terdekat.
Korban yang tidak sadar lebih baik sampai
duluan di rumah sakit. Karena banyak hal yang mungkin terjadi pada pasien tidak
sadar. Misalkan pasien tersebut tidak ada luka serius disekujur tubuh, padahal
hanya memar di perut atau dada, tapi tidak sadar atau setengah sadar, mungkin
saja terjadi perdarahan dalam yang orang awam sulit menilai. Mungkin saja orang
seperti ini butuh segera mendapat prioritas dilakukan prosedur pembedahan gawat
darurat untuk menyelamatkan nyawanya.
Pernah suatu saat seorang anak ABG datang ke
UGD dengan sepeda motor, setelah menabrak bak truk yang parkir di pinggir
jalan. Anak muda itu masih bisa berjalan walaupun dibopong temannya, mengeluh
nyeri di perut, tidak ada luka serius hanya memar di dada dan perutnya. Tidak
lama setelah sampai di UGD, dia kemudian tidak sadar, nadinya lebih cepat dari
normal, tangan dan kakinya teraba dingin sekali. Ternyata terjadi perdarahan
dalam perutnya yang tidak bisa ditangani, walaupun saat itu sudah diupayakan
upaya pembedahan gawat darurat. Akhirnya korban kecelakaan tersebut meninggal
dunia.
3.
Amankan posisi korban selama
menunggu bantuan medis
Apabila ambulan masih lama datangnya, penolong
yang hadir ditempat kejadian berkewajiban untuk mengamankan posisi korban. Posisi
di sini berarti posisi aman bagi korban dan posisi aman yang bagi penolong
sendiri. Kalau korban masih di tengah jalan, harus dipindahkan ke tepi jalan.
Harus diingat ketika memindahkan korban hati – hati dengan cara memindahkannya,
memindahkan dengan cara yang salah justru akan menambah fatal luka – luka yang
dialami.
Sebaiknya memindahkan korban kecelakaan yang
dewasa minimal dilakukan oleh tiga orang. Karena ketika mengangkat kepala dan
leher diperlukan ekstra kehati – hatian, karena disana ada saluran nafas tidak
boleh terganggu, dan saraf – saraf leher yang tidak boleh terganggu. Dua hal
itu kalo terganggu bisa mengakibatkan kematian mendadak bahkan saat
dipindahkan. Jadi satu orang ada di bagian kepala dan leher, mempertahankannya
tetap lurus. Dua orang lainnya mengangkat di bagian pinggang – bokong, dan kaki
korban. Namun jika hanya ada satu penolong, tempatkan penolong tersebut
mengangkat di bagian kepala – leher.
Setelah
berada di pinggir jalan, pasien yang tidak sadar tetap harus dijaga saluran
nafasnya tidak terganggu. Kebanyakan yang menyebabkan terganggu dan akibatnya
fatal adalah darah dan muntah. Cara terbaik untuk menghindarinya adalah
memposisikan korban dalam posisi miring, sehingga apabila ada darah atau muntah
bisa mengalir. Posisi ini apabila miring menghadap ke kanan adalah, memakai
tangan kiri sebagai bantal kepala, kaki kiri ditekuk sembilan puluh derajat,
kaki kanan dan tangan kanan diluruskan sebagai pemberat.
Pernah suatu saat perempuan muda yang
kecelakaan tidak jauh dari UGD, hanya sekitar 5 kilometer. Pada sekujur
tubuhnya tidak terdapat luka yang berarti, hanya saja helm yang dikenakannya
retak. Saat sampai di UGD korban ini sudah tidak bernafas, dan di dalam
mulutnya banyak sekali darah sehingga menyumbat jalan nafasnya. Kemungkinan
yang terjadi sebenarnya gegar otaknya tidak terlalu berat, namun karena ada
sumbatan darah di saluran nafasnya menyebabkan kerusakan di otaknya berat dan
mengakibatkan kematiannya. Waktu di jalan raya yang terlalu lama, biasanya karena
korban kecelakaan cuma menjadi tontonan dan tidak ada tindakan cepat
mengakibatkan kerusakan otak yang berat. Karena otak yang tidak teraliri
oksigen dalam beberapa menit saja akan mengakibatkan kerusakan yang berat.
Sebenarnya
penanganan yang baik untuk korban kecelakaan jalan raya bagi orang awam
tidaklah terlalu rumit, tapi kenyataannya seringkali menjadi sulit karena tidak
ada pelatihan dan pengetahuan yang cukup. Namanya pelatihan Pertolongan Pertama
Gawat Darurat (PPGD) sebenarnya untuk semua orang, bukan hanya medis dan
paramedis. Sekarang ini masih belum menjadi trend dibuat pelatihan untuk umum,
suatu saat pihak – pihak yang berwenang wajib untuk mengadakan pelatihan –
pelatihan gratis bagi umum untuk meningkatkan kualitas penanganan korban
kecelakaan lalu lintas. Dan manfaatnya tidak hanya itu saja, namun juga untuk
mengkampanyekan prinsip kehati - hatian dalam berlalu – lintas.
Penanganan
yang cepat dan terpadu saling berkaitan antara banyak pihak menjadi penentu
menurunkan angka fatalitas kecelakaan di jalan raya. Kadang – kadang penanganan
sudah cepat, pasien segera sampai di UGD. Namun ketika sudah sampai di UGD
ternyata ada kendala biaya, sehingga pasien dibawa pulang lagi, atau ke
pengobatan alternatif seperti sangkal putung. Ternyata pertimbangan biaya juga
menjadi penentu seseorang yang mengalami kecelakaan segera mendapat pertolongan
medis atau tidak. Sekarang ini kendala biaya sedikit banyak dapat diturunkan
dengan adanya Jasa Raharja. Pihak asuransi kecelakaan Jasa Raharja termasuk juga
berperan utama dalam menurunkan angka fatalitas kecelakaan, tidak hanya pihak
kepolisian dan pihak medis saja. Sehingga pihak asuransi seperti Jasa Raharja
sekarang ini keberadaannya sangat bermanfaat dan membantu dalam penanganan
kecelakaan lalu lintas.