Selasa, 07 Agustus 2012

"kecelakaan jalan raya", apa yg harus dilakukan?


Apa yang Harus Diingat pada Pertolongan Kecelakaan di Jalan Raya
dr. Hidayanto Perdana
Dokter Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi

Hampir setiap hari kita mendengar, melihat di media cetak maupun elektronik atau menjumpai sendiri terjadi kecelakaan di jalan raya. Angka kejadian kecelakaan jalan raya di Banyuwangi di seluruh Indonesia semakin tinggi. Banyak teori maupun pendapat menjelaskan mengapa angka kecelakaan di darat semakin tinggi. Diantara teori – teori tersebut adalah akibat dari pelanggaran ringan sampai pelanggaran berat aturan lalu lintas, peningkatan jumlah kendaraan pribadi, angkutan umum bus yang semakin ditinggalkan, kualitas dan kapasitas jalan raya yang tidak mengimbangi jumlah angkutan darat, pengemudi yang ugal-ugalan dan tidak bersikap dewasa, bahkan akhir-akhir ini ditemukan pengemudi yang tidak hanya mengantuk namun malahan sedang mabuk akibat miras atau narkoba saat mengemudi. Kenyataan – kenyataan ini membuat kita merasa miris dan semakin harus berhati – hati ketika mengemudi di jalan raya.
Tanggung jawab siapakah hal ini? Saya rasa sulit menemukan ujung pangkal penanggung jawab meningkatnya angka kecelakaan ini. Yang jelas angka kecelakaan dan kefatalannya harus segera diturunkan, dan masalah ini harus menjadi tanggung jawab kita bersama apapun profesi dan kemampuan kita. Ketika “harus” terjadi kecelakaan, yang bisa kita lakukan adalah menurunkan angka korban yang cacat dan meninggal. Karena seringkali ketika terjadi kecelakaan di jalan raya, akibat penanganannya tidak baik, seharusnya korban yang sebenarnya bisa sembuh ternyata harus cacat atau meninggal dunia. Berikutnya beberapa akan saya ceritakan dalam tulisan ini pengalaman saya sebagai dokter di Unit Gawat Darurat (UGD).
Pernah suatu hari seorang pasien mengalami kecelakaan sepeda motor pada pagi hari, selama kejadian dia sadar, tidak mengalami luka yang berarti. Kemudian dia menghubungi saudaranya agar dijemput.  Setelah sampai di rumah nyeri perut dia rasakan semakin hebat, dan muntah - muntah. Karena tidak kuat menahan nyerinya lagi, sore harinya dia pergi ke rumah sakit kami dan diperiksa dokter spesialis bedah. Akhirnya diputuskan dilakukan operasi pembedahan perut oleh dokter spesialis bedah, walaupun tampak luar di perutnya tidak ada. Akhirnya ketika operasi sudah dilakukan, didapatkan usus sepanjang 30 cm menghitam karena aliran darah terputus akibat benturan. Andaikan dia datang terlambat, mungkin nyawanya tidak selamat. Pelajaran dari cerita ini, jangan pernah menyepelekan suatu kecelakaan.
Ada hal – hal prinsip yang harus diingat untuk semua orang yang menghadapi kasus kecelakaan di jalan raya. Sebaiknya semua orang harus tahu, bahkan anak usia SD sebaiknya juga tahu, karena kecelakaan bisa terjadi setiap saat, menimpa siapapun dan dimana saja. Di negara yang sumber daya manusianya sudah maju, orang yang terlatih menangani korban kecelakaan tidak hanya tenaga medis, namun orang awan juga harus bisa. Paling mudah untuk anak SD adalah dia bisa menggunakan telepon, dan menghubungi nomor gawat darurat. Sekarang ini dengan semakin canggihnya tehnologi telekomunikasi, dan handphone hampir semua orang punya, bisa lebih memudahkan. Prinsip – prinsip tersebut diajarkan dalam pelatihan PPGD (Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat), namun coba saya sarikan dalam hal – hal yang saya sebutkan berikut ini.
1.       Cari bantuan tenaga medis profesional segera
Jangan takut untuk menolong korban kecelakaan, juga jangan terlalu percaya diri. Walaupun korban kecelakaan tunggal atau banyak, anda sendirian atau beramai - ramai jangan lupa untuk mencari bantuan medis. Ketika anda sendirian jangan bingung dan panik, atau malah meninggalkan korban. Ketika beramai –ramai juga biasanya malah terjadi salah paham, saling berebut memberi solusi, tapi akibatnya malahan pasien bisa terlantar. Pertama yang harus terpikirkan adalah menghubungi rumah sakit atau provider kesehatan terdekat. Jangan melupakan nomer penting ambulans, kalau anda lupa atau tidak tahu paling tidak anda bisa menghubungi 108 untuk menanyakan nomer telpon penting. Kalau di Amerika anak kecil pun diajari ketika ada yang celaka, dia harus bisa menelpon 911.
Pernah suatu saat seseorang mengantar temannya yang habis terjatuh dengannya periksa ke UGD, namun dokter spesialis bedah justru menyarankan si pengantar ini yang di CT-Scan karena melihat tanda yang tidak bisa dilihat oleh orang awam. Padahal  si pengantar ini bisa berjalan ketika di UGD dan tidak bermaksud periksa, ternyata justru dia yang mengalami perdarahan otak. Jangan sepelekan kecelakaan yang korbannya mengalami benturan di kepala, apalagi sempat tidak sadar. Karena penampilan orang yang mengalami perdarahan otak bisa menipu, dia bisa saja sadar dan berjalan saat masuk UGD, namun kemudian tiba – tiba tidak sadar, muntah dan kejang.
2.       Prioritaskan korban yang harus dibawa segera ke UGD
Tidak semua korban kecelakaan sifatnya gawat darurat, ada pula yang tidak gawat darurat. Secara medis definisi gawat berarti harus segera ditolong dan diobati namun apabila tidak segera tidak akan mengakibatkan kematian, darurat berarti jika tidak ditolong segera dapat mengakibatkan kematian. Seseorang yang luka terkena pisau dapur di jarinya dimasukkan dalam golongan gawat tapi tidak darurat, apabila tidak segera ditolong mungkin hanya akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Lain halnya dengan terkena pisau di pembuluh darah arteri di pergelangan tangan, dimasukkan dalam kasus yang gawat darurat karena jika tidak segera ditolong akan mengakibatkan kehabisan darah, kemudian pingsan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Korban kecelakaan apabila bukan hanya seorang harus bisa dipisahkan mana yang harus segera sampai rumah sakit, bisa ditunda atau yang cukup ditangani di puskesmas saja. Prioritas gawat darurat yang bisa dikenali apabila pasien tidak sadar dan ada gangguan pada ABC. Kepanjangan dari ABC adalah, A (airway) artinya saluran pernafasan, B (breathing) artinya nafas, C (circulation) artinya sirkulasi darah. Tiga hal ini apabila terganggu mengakibatkan pasien yang tidak sadar tersebut bernafas lebih cepat atau lebih lambat dari orang dewasa normal, dan nadi yang bisa diraba di leher berdenyut lebih cepat atau lebih lambat.
Kegawat -  daruratan yang paling berbahaya jika ada gangguan saluran pernafasan, karena gangguan di saluran nafas dapat mengakibatkan penurunan dengan cepat oksigen di otak. Misalkan orang yang tersedak dan tidak tertolong, mengakibatkan otak akan kekurangan oksigen kemudian mengakibatkan gangguan kesadaran dan kematian dalam hitungan detik hingga menit.
Berikutnya kegawat – daruratan yang berbahaya adalah gangguan sirkulasi darah. Misalkan patah tulang di paha yang mengakibatkan terputusnya pembuluh darah besar. Apabila tidak segera dapat dihentikan perdarahan itu dalam hitungan menit sampai jam, akan terjadi gangguan pasokan oksigen dan gula ke otak,  mengakibatkan turunnya kesadaran dan akhirnya kematian.
Dalam musibah kecelakaan massal ada cara mudah untuk memisahkan korban yang harus segera dikirim ke rumah sakit dan yang masih bisa menunggu. Caranya dengan memanggil korban dan mencubitnya, apabila dia masih menyahut dan mengeluh sakit berarti masih bisa menunggu.
Korban kecelakaan yang sadar, masih bisa berteriak kesakitan dan menunjukkan letak sakitnya, justru  tidak perlu terlalu terlalu dikhawatirkan dibandingkan yang tidak sadar dan ABC-nya terganggu. Apabila fasilitas atau kendaraan untuk membawa ke UGD kurang untuk membawa semuanya secara bersamaan, korban yang sadar dan masih bisa mengeluh kesakitan bisa dinomorduakan. Korban yang tidak sadar apalagi nafasnya cepat, harus dinomorsatukan untuk sampai ke fasilitas kesehatan terdekat.
Korban yang tidak sadar lebih baik sampai duluan di rumah sakit. Karena banyak hal yang mungkin terjadi pada pasien tidak sadar. Misalkan pasien tersebut tidak ada luka serius disekujur tubuh, padahal hanya memar di perut atau dada, tapi tidak sadar atau setengah sadar, mungkin saja terjadi perdarahan dalam yang orang awam sulit menilai. Mungkin saja orang seperti ini butuh segera mendapat prioritas dilakukan prosedur pembedahan gawat darurat untuk menyelamatkan nyawanya.
Pernah suatu saat seorang anak ABG datang ke UGD dengan sepeda motor, setelah menabrak bak truk yang parkir di pinggir jalan. Anak muda itu masih bisa berjalan walaupun dibopong temannya, mengeluh nyeri di perut, tidak ada luka serius hanya memar di dada dan perutnya. Tidak lama setelah sampai di UGD, dia kemudian tidak sadar, nadinya lebih cepat dari normal, tangan dan kakinya teraba dingin sekali. Ternyata terjadi perdarahan dalam perutnya yang tidak bisa ditangani, walaupun saat itu sudah diupayakan upaya pembedahan gawat darurat. Akhirnya korban kecelakaan tersebut meninggal dunia.
3.       Amankan posisi korban selama menunggu bantuan medis
Apabila ambulan masih lama datangnya, penolong yang hadir ditempat kejadian berkewajiban untuk mengamankan posisi korban. Posisi di sini berarti posisi aman bagi korban dan posisi aman yang bagi penolong sendiri. Kalau korban masih di tengah jalan, harus dipindahkan ke tepi jalan. Harus diingat ketika memindahkan korban hati – hati dengan cara memindahkannya, memindahkan dengan cara yang salah justru akan menambah fatal luka – luka yang dialami.
Sebaiknya memindahkan korban kecelakaan yang dewasa minimal dilakukan oleh tiga orang. Karena ketika mengangkat kepala dan leher diperlukan ekstra kehati – hatian, karena disana ada saluran nafas tidak boleh terganggu, dan saraf – saraf leher yang tidak boleh terganggu. Dua hal itu kalo terganggu bisa mengakibatkan kematian mendadak bahkan saat dipindahkan. Jadi satu orang ada di bagian kepala dan leher, mempertahankannya tetap lurus. Dua orang lainnya mengangkat di bagian pinggang – bokong, dan kaki korban. Namun jika hanya ada satu penolong, tempatkan penolong tersebut mengangkat di bagian kepala – leher.
 Setelah berada di pinggir jalan, pasien yang tidak sadar tetap harus dijaga saluran nafasnya tidak terganggu. Kebanyakan yang menyebabkan terganggu dan akibatnya fatal adalah darah dan muntah. Cara terbaik untuk menghindarinya adalah memposisikan korban dalam posisi miring, sehingga apabila ada darah atau muntah bisa mengalir. Posisi ini apabila miring menghadap ke kanan adalah, memakai tangan kiri sebagai bantal kepala, kaki kiri ditekuk sembilan puluh derajat, kaki kanan dan tangan kanan diluruskan sebagai pemberat.
Pernah suatu saat perempuan muda yang kecelakaan tidak jauh dari UGD, hanya sekitar 5 kilometer. Pada sekujur tubuhnya tidak terdapat luka yang berarti, hanya saja helm yang dikenakannya retak. Saat sampai di UGD korban ini sudah tidak bernafas, dan di dalam mulutnya banyak sekali darah sehingga menyumbat jalan nafasnya. Kemungkinan yang terjadi sebenarnya gegar otaknya tidak terlalu berat, namun karena ada sumbatan darah di saluran nafasnya menyebabkan kerusakan di otaknya berat dan mengakibatkan kematiannya. Waktu di jalan raya yang terlalu lama, biasanya karena korban kecelakaan cuma menjadi tontonan dan tidak ada tindakan cepat mengakibatkan kerusakan otak yang berat. Karena otak yang tidak teraliri oksigen dalam beberapa menit saja akan mengakibatkan kerusakan yang berat.
Sebenarnya penanganan yang baik untuk korban kecelakaan jalan raya bagi orang awam tidaklah terlalu rumit, tapi kenyataannya seringkali menjadi sulit karena tidak ada pelatihan dan pengetahuan yang cukup. Namanya pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD) sebenarnya untuk semua orang, bukan hanya medis dan paramedis. Sekarang ini masih belum menjadi trend dibuat pelatihan untuk umum, suatu saat pihak – pihak yang berwenang wajib untuk mengadakan pelatihan – pelatihan gratis bagi umum untuk meningkatkan kualitas penanganan korban kecelakaan lalu lintas. Dan manfaatnya tidak hanya itu saja, namun juga untuk mengkampanyekan prinsip kehati - hatian dalam berlalu – lintas.
Penanganan yang cepat dan terpadu saling berkaitan antara banyak pihak menjadi penentu menurunkan angka fatalitas kecelakaan di jalan raya. Kadang – kadang penanganan sudah cepat, pasien segera sampai di UGD. Namun ketika sudah sampai di UGD ternyata ada kendala biaya, sehingga pasien dibawa pulang lagi, atau ke pengobatan alternatif seperti sangkal putung. Ternyata pertimbangan biaya juga menjadi penentu seseorang yang mengalami kecelakaan segera mendapat pertolongan medis atau tidak. Sekarang ini kendala biaya sedikit banyak dapat diturunkan dengan adanya Jasa Raharja. Pihak asuransi kecelakaan Jasa Raharja termasuk juga berperan utama dalam menurunkan angka fatalitas kecelakaan, tidak hanya pihak kepolisian dan pihak medis saja. Sehingga pihak asuransi seperti Jasa Raharja sekarang ini keberadaannya sangat bermanfaat dan membantu dalam penanganan kecelakaan lalu lintas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar